ini dia foto kuburannya:
Menurut Otong, seorang penjaga makam, tanggal 18 Februari lalu ada seorang wanita yang dimakamkan di sana. Jasad wanita itu dikubur ‘tandem’ alias disatukan dengan jasad anaknya yang meninggal tahun 2004 lalu. “Jadi disatu lubang itu ada dua jenazah, ibu dan anaknya,” terang Otong.
Dua nisan di makam itu masing-masing tertulis, Rohani, meninggal tanggal 18 Februari 2012. Sementara satu nisan lagi tertera nama Faisal Iskandar yang meninggal pada 10 September 2004. Di atas makam itu masih didominasi tanah merah ketimbang rumput.
Otong berkisah, proses pemakaman Rohani berjalan lancar dan normal. Tidak ada sesuatu yang aneh atau janggal. Keanehan baru muncul tiga hari kemudian. Saat itu hujan turun dengan deras.
Otong yang kebetulan tinggal tidak jauh dari lokasi makam, mencium bau amis yang sangat menyengat. Ternyata tidak hanya dirinya yang mencium bau tidak sedap itu. Istri dan anaknya juga merasakan itu. Bahkan beberapa tetangga pun mencium bau anyir.
Begitu hujan agak reda, Otong dan beberapa warga lain mencari sumber bau. Mereka terkejut ketika menemukan sumber bau amis itu. “Semakin dekat ke makam itu, bau amisnya makin terasa,” cerita Otong.
Karena penasaran, Otong mengelilingi makam itu. Matanya membelalak begitu melihat ada cairan merah keluar merembes dari tanah makam yang masih merah. Air hujan di sekitar rembesan itu berubah merah.
"Waktu anaknya dikubur, enggak ada kejadian seperti ini. Eh..pas ibunya dikubur baru ada kayak begini. Kalau lagi kencang anginnya, saya sama teman saya, kadang-kadang sampai muntah. Enggak kuat sama baunya," ungkap Otong.
Suka Ngobrol
Fenomena makam Rohani yang kerap mengeluarkan darah dan bau amis menjadi pergunjingan warga sekitar. Menurut beberapa warga, semasa hidupnya, Rohani berprofesi sebagai rentenir yang suka meminjamkan uang kepada tetangga dan warga di sekitar rumahnya.
"Dulunya si ibu itu rentenir. Dia sempat jadi warga Rorotan, terus pindah ke Warakas, Tanjung Priok, Jakarta Utara," ungkap Otong.
Dari cerita Otong terungkap, sejak tahun 2009, Rohani pindah rumah dari Rorotan ke Warakas. Masih menurut Otong, meskipun sehari-hari sebagai rentenir, namun Rohani tergolong ramah dan santun kepada orang lain. "Ibunya suka ngobrol, baik sama kita juga," kenang Otong.
Saat hidup di Rorotan, Rohani tinggal di perumahan Green Garden. Ia tinggal bersama suaminya dan anak-anaknya. Rohani pun hidup secara berkecukupan.
Pihak kelurahan akan meneliti fenomena yang terjadi di makam tersebut. "Kita teliti dulu, kalau soal tindakan ada di Sudin Pemakaman. Ini bukan wewenang kita," papar Zukarja.
Otong mengaku sudah menceritakan apa yang terjadi di makam itu kepada pihak keluargnya. Namun keluarga yang datang ke makam pada 31 Maret lalu terkesan tidak menanggapi. "Terakhir suaminya datang, kita sudah kasih tahu soal ini," kata Otong,
Karena sikap acuh keluarga itu, pihak penjaga makam pun diam saja. Tidak ada perbaikan atau upaya untuk meredam bau amis yang muncul. "Suaminya bilang, biarin saja, tidak usah diapa-apain," ungkap Otong.
Seharusnya menurut Otong, kuburan itu dikeruk kembali, dan ditambah tanah. Hal itu dilakukan agar darah tersebut, tidak muncul ke permukaan tanah. "Harus ditambahin tanah lagi. Tapi mau bagaimana, kalau belum ada izin," ujar pria yang sudah 10 tahun mengandalkan hidup sebagai penjaga makam ini.
Meskipun banyak warga yang mulai resah, namun belum ada yang melaporkan kejadian itu ke aparat setempat. "Kita belum tahu kejadian itu, Kita juga belum dapat keluhan soal itu," kata Wakil Lurah Rorotan, Zukarja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar