Kamis, 21 Agustus 2014

Keanehan Yang Terjadi Saat Perang Di Gaza

Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya
tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di
Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di
antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel,
Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung
dengan tembok di sepanjang daratannya.
Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah
ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa
masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.
Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk
menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang
membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh
bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah
dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun,
penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan
perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin
menguat.
Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-
habisan” ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008
hingga 18 Januari 2009. Mereka”mengguyurkan”
ratusan ton bom dan mengerahkan semua
kekuatan hingga pasukan cadangannya.
Namun, sekali lagi, negara yang tergolong
memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur
dari Gaza.
Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket
anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket
buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin
Palestina, tidak akan mampu menghadapi
pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang
dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi
pesawat tempur canggih F-16, heli tempur
Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan
Amerika Serikat.
Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang
membuat para mujahidin mampu membuat “kaum
penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka
tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-
senjata “kuno”.
Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat
dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan
lain” yang ikut bertempur bersama para
mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada,
serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama
pertempuran, telah beredar di kalangan
masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan
disiarkan para khatib Palestina di khutbah-
khutbah Jumat mereka.
Wartawan kami, Thoriq, merangkum kisah-kisah
“ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk para
pembaca yang budiman. Selamat mengikuti. ***
Pasukan "Berseragam Putih" di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin
Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui
adanya pasukan berseragam putih itu.
Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah
rumah milik keluarga Dardunah yang berada di
antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais,
tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh
sekelompok pasukan Israel.
Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di
sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki
diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-
Qassam.
Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs
Filisthin Al Aan (25/1/2009), mengutip cerita
seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu
menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-
Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan
tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya
hingga laki-laki malang itu pingsan.
Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya,
laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-
Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya,
tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan
keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam
putih!”
Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina
di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam,
Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya
“pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya,
sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok
pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia
berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir
malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok
mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”
Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya,
“Pasukan yang berpakaian putih-putih
dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si
sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat
seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya
tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.
SuaraTak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini
disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam
di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan
oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr
Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan
judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-
ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).
Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah
menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan
untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui
jalan tersebut.
“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya
kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan
sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang
beriringan menuju jalan tempat saya menanam
ranjau,” kata pejuang tadi.
Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk
kembali ke markas karena mengira ranjau itu
tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah
musuh amat banyak.
Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan
lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut,
tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih,
“tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.”
Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak
tiga kali.
“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa
yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan
tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada
seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin
itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.
Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap
berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati
ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib”
terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat.
Tank yang berada di dekatnya langsung hancur.
Banyak serdadu Israel meninggal seketika.
Sebagian dari mereka harus diangkut oleh
helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam
keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui
lidah khatib.
Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis
Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs
alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah
sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang
yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan,
“Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di
perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di
sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang
yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali
mencoba untuk memastikan asal suara itu,
akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak
keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”
Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga
datang dari seorang penduduk rumah susun
wilayah Tal Islam yang handak mengungsi
bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri
dari serangan Israel.
Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang
menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya.
“Kami menangis bukan karena khawatir keadaan
diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis
karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada
kelompok lain yang bertempur memporak-
porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari
mana mereka datang,” jawabnya
Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak
hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau
warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel
sendiri menyatakan hal serupa.
Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV
Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan
seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam
pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan
buta.
“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara
berpakaian putih mendatangi saya dan
menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu
juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.
Di tempat lain ada serdadu Israel yang
mengatakan mereka pernah berhadapan dengan
“hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana
asalnya, kapan munculnya, dan ke mana
menghilangnya.
Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel
lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan
pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot
panjang. Kami tembak dengan senjata, akan
tetapi mereka tidak mati.”
Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka
bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya
pasukan berseragam putih itu? ***
Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan
alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma
menjadi sesuatu yang menakutkan.
Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan,
tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para
mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat
mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-
mata Israel memergoki mereka. Bom pun
langsung jatuh ke lokasi itu.
Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel
pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak
disambung menjadi terputus. Tidak ada
kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena
pesawat masih berputar-putar di atas.
Tak lama kemudian, beberapa tank Israel
mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut
ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah
berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak
berfungsi itu.
Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-
apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung,
sementara tank-tank Israel telah berkumpul
persis di atas ranjau.
Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang
menangis ketika melihat pemandangan itu.
Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam
tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin
lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana
engkau tidak memberikan kesempatan kami
menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak
memiliki kesempatan serupa.”
Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban.
Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi
penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.
Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa
kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin
segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh,
ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam
itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan?
Wallahu a’lam.
Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan
Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah,
hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke
rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa
khawatir jika api itu semakin tak terkendali.
Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai
Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak
membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api
itu dengan kekuatan-Mu.”
Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam.
Para niujahidin menangis terharu karena mereka
merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah
memberi pertolongan dengan terkabulnya doa
mereka dengan segera.
Merpati dan Anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah
“aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan (25/1/
2009). Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais,
sang mujahid melihat seekor merpati terbang
dengan suara melengking, yang melintas sebelum
rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.
Para mujahidin yang juga melihat merpati itu
langsung menangkap adanya isyarat yang ingin
disampaikan sang merpati.
Begitu merpali itu melintas, para mujahidin
langsung berlindung di tempat persembunyian
mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang
beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang
menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.
Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor
anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al
Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al
Qassam melakukan ribath di front pada tengah
malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer
Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya
memang dilatih khusus untuk membantu pasukan
Israel menemukan tempat penyimpanan senjata
dan persembunyian para mujahidin.
Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan
sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin
kemudian mendekati anjing itu dan berkata
kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan
Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada
di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami,
dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”
Setelah itu, si anjing duduk dengan dua
tangannya dijulurkan ke depan dan diam.
Akhirnya, seorang mujahidin yang lain
mendekatinya dan memberinya beberapa korma.
Dengan tenang anjing itu memakan korma itu,
lalu beranjak pergi.
Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh
komandan lapangan Al Qassam di kamp
pengungsian Nashirat, langsung setelah usai
shalat dhuhur di masjid Al Qassam (17/1/2009).
Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan
ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel
dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat
mata-mata terus mengawasi.
Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal
tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah
menutupi pandangan mata tentara Israel dan
membantu pasukan mujahidin keluar dari
kepungan.
Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah
satu pemimpin lapangan Al Qassam,
sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la
bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun
dan membatu para mujahidin untuk melakukan
serangan.
Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu
waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank
tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa
kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk
melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.
Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut.
Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di
antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di
dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa
diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi
langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel
yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima
tentara Israel tewas di tempat dan puluhan
lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu
meledak.
Selamat dengan al-Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang
yang menderita luka memasuki rumah sakit As
Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget
ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru
bersarang di saku pejuang tersebut.
Yang membuat ia sangat kaget adalah timah
panas itu gagal menembus jantung sang pejuang
karena terhalang oleh sebuah buku doa dan
mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku
sang pejuang.
Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya
sampul muka mushaf itu saja yang rusak,
sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah
“berantakan”.
Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az
Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan
Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al
Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009).
Dr Hisam juga memperlihatkan bukti berupa
sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta
buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim
yang menahan peluru tersebut.
Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh
Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya,
Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid
itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing
bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran
tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh
apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.
“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat
di ayat-ayat yang mengabarkan tentang
kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah,
‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu
orang-orang yang apabila ditimpa musibah
mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah
dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]
: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip
Islam Online (15/1/2009).***
Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan
sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi
sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang
berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.
Jasad komandan lapangan al-Qassam dan
pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang”
setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad
tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa
kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-
serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan
dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk
dimakamkan.
Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs
syiria-aleppo. com (24/1/2009), serpihan jasad
tersebut sempat disemayamkan di sebuah
ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama
kemudian, mendadak muncul bau harum misk
dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.
Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu
memberitahukan kepada orang-orang yang
mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah
(julukan) Abu Hamzah ini.
Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi
rumah tersebut untuk mencium bau harum yang
berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang
diletakkan dalam sebuah kantong plastik.
Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah
wafatnya pria yang tak suka menampakkan
amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali
semerbak memenuhi rungan yang sama.
Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa
Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga
syahid karena serangan udara Israel di
Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis
yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum
dari sepotong kain yang terkena darah Musa
Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci
berkali-kali, bau itu tetap semerbak.
Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain,
menyaksikan sendiri harumnya jenazah para
syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al
Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza, ia
menyampaikan, “Saya telah mengunjungi
sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin
melihat bangunan-bangunan yang hancur karena
serangan Israel. Percayalah, bahwa saya
mencium bau harumnya para syuhada.”
Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam
rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang
Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia
meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang
menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa
bulan lalu.
Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-
Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para
penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung
dengan para mujahidin untuk memperoleh
pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di
pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di
Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh
kesyahidan.
Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat
diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh
apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam
sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di
kamp pengungsian Jabaliya.
Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa
dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan
pertempuran tersebut.
Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang
yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan
bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu
masih mengalir dan fisiknya tidak rusak.
Kondisinya mirip seperti orang yang sedang
tertidur.
Sebelum syahid, para pejuang pernah
menawarkan kepadanya untuk menikah dengan
salah satu gadis Palestina, namun ia menolak.
“Saya meninggalkan keluarga dan tanah air
dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,”
jawabnya.
Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang
memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di
kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga
menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat
mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza.
Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/
2009)
Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya,
ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk
Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya
nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan
lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran
Israel terhadap kota kecil ini.
Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial
dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan
Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700
bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal
27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika
Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan
meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas
wanita dan anak-anak,” katanya.
Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran
tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya.
“Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di
Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000
hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa
serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700
kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat
1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari
terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000
kasus,” katanya kepada islamonline.net (2/2/
2009).
Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza
memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya
lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang
kematian mencapai 5 ribu.
“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-
anak untuk menghapus masa depan Gaza.
Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah
dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita
mengalami luka-luka,” ungkapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar