VIVAnews
- PT Perusahaan Listrik Negara membutuhkan setidaknya 2.000 lulusan
Sekolah Menengah Kejuruan guna mencukupi kebutuhan tenaga kerja
perusahan hingga 2015.
Direktur SDM dan Umum PLN, Eddy D Erningpradja, mengatakan kebutuhan lulusan SMK ini jauh lebih besar dibandingkan lulusan D3 dan S1 yang hanya sekitar 800 orang. "Ini seiring dengan rencana PLN yang terus gencar membangun pembangkit-pembangkit baru," kata Eddy, Jumat 4 Mei 2012.
Sebenarnya tiap tahun ribuan lulusan SMK dihasilkan. Hampir sebagian besar lulusan ini tak terserap dunia kerja. Pasalnya ada ketidakcocokan antara kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan yang tersedia. Maka sejumlah perusahaan, termasuk PLN, sulit mendapatkan tenaga kerja.
Tak cuma itu, lulusan yang dihasilkan SMK pun belum tentu sesuai keterampilan yang diperlukan. Tentunya, PLN harus membuat pelatihan calon karyawan hingga empat bulan. Biayanya pun lumayan mahal, Rp10 - 20 juta per peserta. Biaya ini tentunya bisa dihemat bila PLN mendapatkan lulusan yang sesuai kebutuhan dan siap kerja.
Guna mencari solusi, PLN memberi keterampilan kepada guru-guru SMK agar bisa menularkan teknologi kelistrikan terkini, dan memberi tahu seperti apa lulusan yang dibutuhkan perusahaan.
"Artinya, bila PLN bisa bekerjasama dengan guru dan bisa menciptakan tenaga kerja siap pakai, PLN bisa menghemat Rp20-40 miliar," kata Eddy.
Direktur SDM dan Umum PLN, Eddy D Erningpradja, mengatakan kebutuhan lulusan SMK ini jauh lebih besar dibandingkan lulusan D3 dan S1 yang hanya sekitar 800 orang. "Ini seiring dengan rencana PLN yang terus gencar membangun pembangkit-pembangkit baru," kata Eddy, Jumat 4 Mei 2012.
Sebenarnya tiap tahun ribuan lulusan SMK dihasilkan. Hampir sebagian besar lulusan ini tak terserap dunia kerja. Pasalnya ada ketidakcocokan antara kebutuhan tenaga kerja dengan keterampilan yang tersedia. Maka sejumlah perusahaan, termasuk PLN, sulit mendapatkan tenaga kerja.
Tak cuma itu, lulusan yang dihasilkan SMK pun belum tentu sesuai keterampilan yang diperlukan. Tentunya, PLN harus membuat pelatihan calon karyawan hingga empat bulan. Biayanya pun lumayan mahal, Rp10 - 20 juta per peserta. Biaya ini tentunya bisa dihemat bila PLN mendapatkan lulusan yang sesuai kebutuhan dan siap kerja.
Guna mencari solusi, PLN memberi keterampilan kepada guru-guru SMK agar bisa menularkan teknologi kelistrikan terkini, dan memberi tahu seperti apa lulusan yang dibutuhkan perusahaan.
"Artinya, bila PLN bisa bekerjasama dengan guru dan bisa menciptakan tenaga kerja siap pakai, PLN bisa menghemat Rp20-40 miliar," kata Eddy.
Latih Guru
Untuk program pertama,
PLN memberi pelatihan terhadap 100 guru SMK asal Naggroe Aceh Darussalam
di Unit Pendidikan dan Pelatihan Tuntungan, Medan. Lalu dilanjutkan 100
guru asal Sumatera Utara, dan 100 guru asal Maluku dan Papua.
Program ini nantinya akan memberikan wawasan tentang ketenagalistrikan, baik dari sisi pembangkitan, transmisi, maupun distribusi.
Mengapa tak semua wilayah? Eddy mengatakan, tenaga kerja PLN yang berasal dari Jawa sudah terlalu banyak. Sedangkan dari beberapa daerah tertentu masih kurang. Belum lagi, PLN akan lebih baik bila menjaring karyawan wilayah masing-masing. "Jadi tidak ada yang merasa tugas di luar kota," lanjut Eddy. (ren)
Program ini nantinya akan memberikan wawasan tentang ketenagalistrikan, baik dari sisi pembangkitan, transmisi, maupun distribusi.
Mengapa tak semua wilayah? Eddy mengatakan, tenaga kerja PLN yang berasal dari Jawa sudah terlalu banyak. Sedangkan dari beberapa daerah tertentu masih kurang. Belum lagi, PLN akan lebih baik bila menjaring karyawan wilayah masing-masing. "Jadi tidak ada yang merasa tugas di luar kota," lanjut Eddy. (ren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar