Jakarta - Tingginya harga kedelai saat ini, membuat
perajin tempe dan tahu menjerit bahkan mogok produksi. Apa penyebab
harga kedelai dalam negeri tinggi?
Dirjen Industri Kecil dan
Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah menerangkan, Indonesia
sangat bergantung kepada impor kedelai. Salah satunya dari Malaysia.
Sementara iklim di Malaysia tidak bagus sehingga pasokan berkurang dan
harga tinggi.
"Konon, karena di tempat menanam di negeri jiran
itu terjadi musim kurang bagus sehingga panennya kurang bagus," tutur
Euis kepada detikFinance, Senin (23/7/12).
Dikatakan
Euis, saat ini produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi 10%
dari total kebutuhan. Indonesia sangat ketergantungan oleh barang impor
dan hanya segelintir importirnya, sehingga harga mudah dipermainkan.
"Produksi kita kecil, sedikit sekali, hanya 10%. Impor kita sangat besar sekali," ungkap Euis.
Menurut
Euis, total impor kedelai tahun lalu mencapai 1,6 juta ton, dan
sebanyak 70% dari angka tersebut diserap untuk produksi tahu dan tempe,
sementara 30% sisanya digunakan untuk produksi susu.
"Di 2011
impor kita mencapai 1,6 Juta ton, di mana 70% terserap untuk tahu dan
tempe, sisanya untuk susu, di tahun 2012 sama komposisinya," tambahnya.
Angka
itu masih tergolong kurang jika dibanding dengan kebutuhan kedelai
dalam negeri yang mencapai 2,2 juta ton. "Kebutuhan nasional kita itu
2,2 juta ton" imbuhnya.
Seperti diketahui, saat ini harga kedelai
sudah tembus lebih dari Rp 8.000 per Kg yang merupakan tertinggi selama
beberapa tahun terakhir.
Pada Januari 2007 harga kedelai eceran
masih Rp 2.450 per kg, bulan November 2007 menjadi Rp 5.450 per kg,
bulan Desember 2007 naik Rp 6.950/kg. Kemudian pada Januari 2008 harga
kedelai menjadi Rp 7.250 per kg.
Kenaikan harga ini berpotensi bisa memicu para pengusaha perajin tahu dan tempe mogok produksi.
http://finance.detik.com/read/2012/07/23/174157/1972713/4/wah-nasib-perajin-tahu-tempe-di-tangan-malaysia?f9911033
Tidak ada komentar:
Posting Komentar